Untuk PSSI, Timnas Indonesia dan Supporter
SAYA ingin sedikit menulis tentang PSSI dan timnas sepakbola Indonesia. Yap, ini masih berhubungan dengan pertandingan yang baru saja dilakoni timnas semalam, menghadapi Uruguay. Pertandingan itu sendiri diakhiri dengan kekalahan telak Indonesia 1-7. Sempat unggul 1-0 dengan gol cantik Boaz Salossa, tapi Uruguay berhasil membalikkan keadaan dan bahkan akhirnya menggelontor gawang Indonesia yang dikawal Markus Harisson. Kita memang tidak terlalu berharap Indonesia bisa memenangi pertandingan ini. Lha wong peringkat saja beda 130 strip. Uruguay di peringkat 7 sementara Indonesia di peringkat 137. Dan pada kenyatannya Indonesia memang benar-benar menelan kekalahan telak. Di babak pertama, terutama 30 menit awal, sebenarnya permainan Indonesia cukup bagus. Uruguay bisa diimbangi sebelum ditutup dengan kekalahan 2-1. Namun di babak kedua stamina pemain Indonesia habis. Uruguay jadi begitu enjoy memainkan bola dan membanjiri gawang Indonesia dengan 5 gol tambahan.
Saya tidak ingin mengomentari pertandingan ini. Saya lebih ingin mengomentari PSSI. Yah kita semua tahu PSSI memang bobrok di bawah Ketua Umum yg ‘residivis’ koruptor tak tahu malu itu. Mau tidak mau begitu terdengar kabar PSSI berencana mencalonkan diri jadi tuan rumah Piala Dunia dan kemudian mengundang Uruguay, Brazil, Pantai Gading juga rencananya mendatangkan Chelsea saya menangkap ada udang di balik batu
Udang di balik batu bagaimana? Gini, menurut saya PSSI sedang berusaha melakukan semacam politik pencitraan. Ya, untuk menutupi bobroknya mereka akhirnya mereka menghadirkan sesuatu yang disukai penonton. Apa yang disukai penonton? Bintang kelas dunia di layar TV atau kalau bisa di stadion Indonesia. Ya tindakan itu dibuat untuk menutupi bobrok PSSI. Apa bobrok PSSI? Timnas yang kurang mumpuni akibat liga yang tidak terkonsep dengan jelas. Kalau liga rapi, baik dan terkonsep dengan jelas insyallah timnas juga bakal mantap.
Berbicara tentang liga, PSSI sampai sekarang saya lihat tidak ada niatan untuk memperbaikinya. Pemain asing masih membanjiri liga. Dan kebayakan dari mereka berada di posisi penting macam striker dan bek tengah. Transfer pemain, yang merupakan sumber pemasukan klub di liga-liga professional negara lain, tidak ada di Indonesia. Bagaimana mau ada transfer pemain lha wong pemain dikontrak semusim. Tiap awal musim pemain ‘melamar’ ke klub lain atau ditawari masuk ke klub lain. Akibatnya ya klub sampai sekarang tidak bisa mandiri, kecual yang memang niat mau mandiri layaknya Persib dan Arema.
Banyaknya pemain asing nalar saya berkata gini, tiap tahun pemain asing berdatangan masuk. Itu pasti karena modelnya pemain dikontrak satu tahun saja. Pemain asing yang masuk tentu harus mendapat semacam izin. Nah ini kan bisa jadi ladang uang bagi PSSI dalam hal pengurusan izin pemain asing. Belum lagi agen pemain asing juga sepertinya memberi ‘upeti’ pada PSSI. Suudzon? Ga juga soalnya agen pemain yng diizinkan PSSI hanya beberapa. Nah untuk mendapat izin resmi dari PSSI tentu ada fee yang dibayar kan? Nah itulah kenapa pemain asing oleh PSSI tetap dibiarkan banyak. Akibat pemain asing banyak ya akhirnya pemain lokal terpinggirkan.
Lemahnya liga juga terlihat dengan ‘kalahnya’ PSSI oleh Djarum sebagai sponsor liga. Bayangkan, kasta liga teratas yang selama ini kita kenal sebagai Divisi Utama dengan nama Liga Indonesia, mendadak berganti nama menjadi Liga Super Indonesia dengan sponsor utama Djarum. Ada yang aneh? Buat para perokok pasti sadar, Super itu kan salah satu produk Djarum. Ada rokok produksi Djarum yang bernama Djarum Super. See? Untuk nama liga saja PSSI kalah oleh sponsor. Harusnya kalau sampai liga berganti nama sesuai nama sponsor PSSI terima duit banyak dong. Dan duit itu harusnya untuk subsidi ke klub. Lah ini katanya duit yang diterima tidak besar-besar amat. Cuma 37,5 M per musim di dapat dari Djarum. Coba bayangkan? Betapa kacaunya PSSI
Belum lagi hak siar. Konon antv selaku pemegang lisensi penyiaran Liga Super Indonesia membeli hak siar Rp. 100 M untuk jangka waktu 10 tahun. Artinya tiap tahun antv cukup bayar 10 M saja. 10 M itu menurut artikel yang saya baca adalah jumlah yang sangat sedikit. Bukti kegagalan PSSI. Kalau potensi keuangan dari hak siar bisa tergali seharusnya bisa digunakan untuk subsidi klub.
Nah untuk menutupi bobroknya itu PSSI mencoba mengalihkan perhatian rakyat pecinta bola Indonesia dengan sesuatu yang lain. Daripada ribet ngurusi liga mending ngurusi tontonan. Undang lawan yang ngetop sekalian. Kalah itu pasti, tapi supporter tidak mungkin protes. Kasih aja alasan ‘beda kelas, ini sarana yang baik untuk timans belajar’. Suporter pasti tetep nerimo dan duit tetep masuk. Licik banget kan? Memang biaya mendatang Suarez dkk amat mahal tapi saya yakin dengan tiket masuk Rp 75.000 – Rp 2 juta yang dijual PSSI ditambah penjualan hak siar serta sponsor saya yakin PSSI sudah balik modal dan malah untung. Duit ngaliir.
VIDEO PERTANDINGAN :
Kemudian rencana PSSI mengajukan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia beberapa waktu yang lalu. Ini juga sangat mencurigakan. Untungnya gagal. Selain setuju dengan pengamat yang mengatakan PSSI cuma ingin instan saya juga sangat yakin motif ekonomi juga berperan di sini. Bayangkan berapa duit yang bakal diterima PSSI dari FIFA dan pemerintah jika Indonesia beneran jadi tuan rumah. Gede banget euy. Masalah penampilan timnas? Gak masalah. Toh paling rakyat juga maklum Indonesia kalah. Saya melihatnya begitu.
Jadi menurut saya kita jangan sampai terkecoh dengan politik PSSI. Bolehlah kita bergembira atas kedatangan tim level atas tapi jangan lupa mengkritisi PSSI. Jangan sampai kita terlena dan malah melupakan liga yang sebenarnya merupakan elemen penting dalam membentuk timnas yang solid. Dan saya salut luar biasa dengan supporter Indonesia yang tetap sportif meskipun Indonesia dibantai dan mengkritisi Ketua Umum PSSI dengan meneriakan chant ‘Nurdin Mundur’. Memang mundurnya Nurdin dari jabatan Ketua Umum PSSI bukan solusi tapi ini adalah salah satu jalan untuk menuju PSSI yang lebih bagus dengan merestart kepemimpinan yang bobrok itu.
-Wassalam-Saya tidak ingin mengomentari pertandingan ini. Saya lebih ingin mengomentari PSSI. Yah kita semua tahu PSSI memang bobrok di bawah Ketua Umum yg ‘residivis’ koruptor tak tahu malu itu. Mau tidak mau begitu terdengar kabar PSSI berencana mencalonkan diri jadi tuan rumah Piala Dunia dan kemudian mengundang Uruguay, Brazil, Pantai Gading juga rencananya mendatangkan Chelsea saya menangkap ada udang di balik batu
Udang di balik batu bagaimana? Gini, menurut saya PSSI sedang berusaha melakukan semacam politik pencitraan. Ya, untuk menutupi bobroknya mereka akhirnya mereka menghadirkan sesuatu yang disukai penonton. Apa yang disukai penonton? Bintang kelas dunia di layar TV atau kalau bisa di stadion Indonesia. Ya tindakan itu dibuat untuk menutupi bobrok PSSI. Apa bobrok PSSI? Timnas yang kurang mumpuni akibat liga yang tidak terkonsep dengan jelas. Kalau liga rapi, baik dan terkonsep dengan jelas insyallah timnas juga bakal mantap.
Berbicara tentang liga, PSSI sampai sekarang saya lihat tidak ada niatan untuk memperbaikinya. Pemain asing masih membanjiri liga. Dan kebayakan dari mereka berada di posisi penting macam striker dan bek tengah. Transfer pemain, yang merupakan sumber pemasukan klub di liga-liga professional negara lain, tidak ada di Indonesia. Bagaimana mau ada transfer pemain lha wong pemain dikontrak semusim. Tiap awal musim pemain ‘melamar’ ke klub lain atau ditawari masuk ke klub lain. Akibatnya ya klub sampai sekarang tidak bisa mandiri, kecual yang memang niat mau mandiri layaknya Persib dan Arema.
Banyaknya pemain asing nalar saya berkata gini, tiap tahun pemain asing berdatangan masuk. Itu pasti karena modelnya pemain dikontrak satu tahun saja. Pemain asing yang masuk tentu harus mendapat semacam izin. Nah ini kan bisa jadi ladang uang bagi PSSI dalam hal pengurusan izin pemain asing. Belum lagi agen pemain asing juga sepertinya memberi ‘upeti’ pada PSSI. Suudzon? Ga juga soalnya agen pemain yng diizinkan PSSI hanya beberapa. Nah untuk mendapat izin resmi dari PSSI tentu ada fee yang dibayar kan? Nah itulah kenapa pemain asing oleh PSSI tetap dibiarkan banyak. Akibat pemain asing banyak ya akhirnya pemain lokal terpinggirkan.
Lemahnya liga juga terlihat dengan ‘kalahnya’ PSSI oleh Djarum sebagai sponsor liga. Bayangkan, kasta liga teratas yang selama ini kita kenal sebagai Divisi Utama dengan nama Liga Indonesia, mendadak berganti nama menjadi Liga Super Indonesia dengan sponsor utama Djarum. Ada yang aneh? Buat para perokok pasti sadar, Super itu kan salah satu produk Djarum. Ada rokok produksi Djarum yang bernama Djarum Super. See? Untuk nama liga saja PSSI kalah oleh sponsor. Harusnya kalau sampai liga berganti nama sesuai nama sponsor PSSI terima duit banyak dong. Dan duit itu harusnya untuk subsidi ke klub. Lah ini katanya duit yang diterima tidak besar-besar amat. Cuma 37,5 M per musim di dapat dari Djarum. Coba bayangkan? Betapa kacaunya PSSI
Belum lagi hak siar. Konon antv selaku pemegang lisensi penyiaran Liga Super Indonesia membeli hak siar Rp. 100 M untuk jangka waktu 10 tahun. Artinya tiap tahun antv cukup bayar 10 M saja. 10 M itu menurut artikel yang saya baca adalah jumlah yang sangat sedikit. Bukti kegagalan PSSI. Kalau potensi keuangan dari hak siar bisa tergali seharusnya bisa digunakan untuk subsidi klub.
Nah untuk menutupi bobroknya itu PSSI mencoba mengalihkan perhatian rakyat pecinta bola Indonesia dengan sesuatu yang lain. Daripada ribet ngurusi liga mending ngurusi tontonan. Undang lawan yang ngetop sekalian. Kalah itu pasti, tapi supporter tidak mungkin protes. Kasih aja alasan ‘beda kelas, ini sarana yang baik untuk timans belajar’. Suporter pasti tetep nerimo dan duit tetep masuk. Licik banget kan? Memang biaya mendatang Suarez dkk amat mahal tapi saya yakin dengan tiket masuk Rp 75.000 – Rp 2 juta yang dijual PSSI ditambah penjualan hak siar serta sponsor saya yakin PSSI sudah balik modal dan malah untung. Duit ngaliir.
VIDEO PERTANDINGAN :
Jadi menurut saya kita jangan sampai terkecoh dengan politik PSSI. Bolehlah kita bergembira atas kedatangan tim level atas tapi jangan lupa mengkritisi PSSI. Jangan sampai kita terlena dan malah melupakan liga yang sebenarnya merupakan elemen penting dalam membentuk timnas yang solid. Dan saya salut luar biasa dengan supporter Indonesia yang tetap sportif meskipun Indonesia dibantai dan mengkritisi Ketua Umum PSSI dengan meneriakan chant ‘Nurdin Mundur’. Memang mundurnya Nurdin dari jabatan Ketua Umum PSSI bukan solusi tapi ini adalah salah satu jalan untuk menuju PSSI yang lebih bagus dengan merestart kepemimpinan yang bobrok itu.
//Yasir Alkaf
//Blog : http://yasiralkaf.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar